Cari Blog Ini

Minggu, 11 Oktober 2015

KH GHOLIB

Siapa sih Kh Gholib ????
      Mungkin untuk orang-orang di Pringsewu Lampung dan sekitarnya nama KH Ghalib sudah tak asing lagi, banyak jalan-jalan , sekolah yang menggunakan namanya. Tapi tahu gak siapa sebenarnya KH Gholib itu???? And untuk semua yang belum pernah ndenger nama KH Gholib berikut infonya. gak banyak sihh tapi lumayan buat pengetahuan kalian semua......
KH Gholib
     Dari informasi yang aku dapet sih KH Gholib tu seorang pahlawan yang mengusir penjajah dan menyebarkan agama Islam di kabupaten Pringsewu dan sekitarnya. KH Gholib adalah seorang santri lulusan pondok pesantren di Jawa Timur. Pria kelahiran desa Majasantren, Krian Jawa timur tahun 1899 itu hijrah ke Lampung  sekitar tahun 1927 saat usianya 45 tahun atas permintaan sahabatnya M. Anwar Sanpawiro. M. Anwar Sanpawiro menceritakan tentang kolonisasi di Lampung dari Jawa kepada K.H. Gholib. Namun, perpindahan orang ini tidak diikuti dengan misi keislaman sehingga ajaran Islam tidak terlihat dalam kolonisasi tersebut. Pada awal kedatangannya beliau tinggal di rumah M Anwar Sanpawiro di kec. Pagelaran, Lalu beliau membeli tanah di desa Fajaresuk. Tak lama K.H. Gholib tinggal di Fajaresuk. Setelah masjidnya selesai dibangun, dia pindah ke Bambuseribu (sekarang Pringsewu). Masjid ia serahkan pada masyarakat di Fajaresuk. Di sanalah KH Gholib membangun gubuk sederhana dan masjid yang tidak terlalu besar tapi bisa menampung jamaah disekitar tempat tinggalnya.  Ia mengajarkan Islam kepada orang-orang tua dan anak-anak. Mulailah masjid dipakai untuk belajar agama dan mengaji Alquran. Beberapa waktu kemudian, datang seorang paruh baya bernama M. Toib. Tujuannya membantu kiai mengajar mengaji Alquran dan menjadi muazin di masjid. Dan disana pula lah KH Gholib mendirikan Pondok Pesantren.  Pesantren K.H. Gholib saat itu sangat sederhana. Pesantren dengan tiga lokal hanya berlantai tanah, berdinding geribik, dan mampu menampung 100 santri. Selain K.H. Gholib, guru pertama yang mengajar di pesentren ini Ustaz M. Nuh dari Cianjur, Jawa Barat. Awalnya, santri yang belajar hanya 20 orang. Namun, dalam tempo tak teralu lama perkembangan santri sangat pesat. Atas izin K.H. Gholib, Ustaz M. Nuh mengundang saudara iparnya, Ustaz Muhyidin untuk membantu mengajar. Pada 1934, K.H. Gholib kedatangan Asisten Demang Najamuddin bersama adiknya, Ustaz Ja'far. Kedua orang ini hanya ingin berziarah pada tokoh penyebar Islam di Pringsewu itu. Namun, atas permintaan K.H. Gholib, Ustaz Ja'far akhirnya mengajar di pesantren menggantikan Ustaz M. Nuh yang telah kembali ke Cianjur, Jawa Barat. Baru setahun Ustaz Ja'far mengajar, pesantren kedatangan dua guru keturunan Arab, yakni Aa Iji Ismail dari Cilegon, Banten, yang juga pernah nyantri di Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, dan Sayid Alwi Almahdali dari Telukbetung. 
       Pada masa penjajahan Jepang tahun 1942, KH. Gholib memimpin pasukannya mengusir Jepang dari tanah Bambu Seribu (sekarang Pringsewu). Karena kakhawatiran akan pengaruh KH. Gholib yang begitu kuat di masyarakat dan dianggap Jepang dapat mengancam kekuasaannya, oleh militer Jepang KH. Gholib ditangkap, walau tak lama kemudian kembali dibebaskan.
 Saat agresi Belanda II tahun 1949 dan mendapat kabar Belanda akan mendarat di Lampung melalui pelabuhan Panjang tanggal 1 Januari 1949, Tentara Republik Indonesia (TRI) mengungsi kepedalaman Gedong Tataan, Kedondong, Gading Rejo, dan Pringsewu, saat itu dibentuk pemerintahan darurat, di Gadingrejo residennya Mr. Gele Harun sedangkan di Pringsewu basis TRI di pesantren KH. Gholib dengan tokoh-tokohnya Kapten Alamsyah dan Mayor Effendy sementara itu KH. Gholib ditetapkan sebagai pemimpin pasukan gerilya. Belanda memasuki Pringsewu saat itu melalui Gedung Tataan dan langsung ke Pagelaran dan dari pesawat udaranya menghancurkan tempat-tempat persembunyian pejuang Hisbullah dan Sabilillah. Selama KH. Gholib belum tertangkap selama itu pula Belanda melakukan penghancuran dan pengrusakan terhadap apa yang dimiliki KH. Gholib seperti rumah, pabrik-pabrik dan pondok pesantren, bahkan orang-orang yang tidak mau memberitahukan keberadaan KH. Gholib dibunuh juga seperti Ustadz KH. M. Nuh. Dengan tipu muslihat akhirnya Belanda dapat menangkap KH. Gholib dan dibawa ke gereja katholik Pringsewu yang menjadi markas tentara Belanda serta ditahan selama 15 hari. Saat persetujuan gencatan senjata 6 Nopember 1949 KH. Gholib dibebaskan dan malam itu juga sekitar pukul 01.00 KH. Gholib ditembak ketika melangkah sepuluh meter hendak pulang.
Itu aja yang bisa aq bagi ya kurang n' lebihnya mohon maaf, smoga bermanfaat ya,..... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar