Cari Blog Ini

Minggu, 11 Oktober 2015

KUMPULAN PUISI 4

KUMPULAN PUISI 4
APA ITU ADIL??
Oleh Intan


Apa itu adil ?
Malam berlalu tanpa pamit
Fajar tersenyum tanpa salam
Awan berubah menjadi ceria
Meninggalkan kesedian mereka bersama bintang bintang malam
Apa itu adil bagi Bintang?

Mentari menyambut pagi hari
Dengan indahnya ombak pantai dan kicauan burung
Mentari menari riang dengan indahnya pagi hari
Sedangkan Bintang,, tak pernah melihat indahnya dipagi hari
Hanya berteman dengan awan hitam,, yang tak ceria seperti awan pagi hari
Apa itu adil bagi bintang ?

Angin berhembus sepoi sepoi
Mengejutkan kehadiran kepada mentari
Sedang bintang dikejutkan oleh angin yang begitu larut dalam kemuraman
Tak ada teman..
Tak ada pahlawan
Hanya itu nasib yang diterima oleh bintang
Ya Tuhan ya Allah mengapa aku tak seperti mentari ?
CORETAN TERAKHIR KEPADA KAWAN
Oleh Nadya Nur Oktaviani


Ketika sore mulai ranum
Angin petang menyentuh kulit
Apa kau kira desau angin itu seperti biasanya ?
Kali ini tidak

Bukankah esok lusa kita akan beranjak dari sini !
Meninggalkan semua memori
Senyummu indah kawan, tapi bagiku tidak
Ini adalah selamat berpisah yang tak terucap

Harusnya aku tega melepas semua tentang kita
Namun cobalah sekali lagi iringi kepergianku tanpa lelah doa
Sorepun beranjak malam
Sunyinya menusuk hati

Aku sedang teringat
Tepatnya mengingat kebersamaan yang panjang
Melewati masa demi masa
Melewati hari demi hari

Kita tak sedang beringus atau menangis tanpa sebab dipojok kelas
Kita juga tak sedang kesal atau menggerutu
Karena bapak dan ibu guru tak memahami kita
Aku menggigil di pucuk malam

Aku ingat betul kita pernah
Tertawa, menangis, gelisah dan terluka bersama
Ayo kawan kita lekas berkemas
Malam tak selamanya menjaga kita dari matahari pagi

Siang adalah bayangan nyata
Kenyataan yang tak mampu kita hindari
Bahwa hari ini kita mulai berjalan sendiri
Selamat jalan kawan....Selamat jalan
SAJAKKU
Oleh Effy Alfi'atin Berliana


Selembar sajak melayang diatas pasir putih
Tercipta dari tangan – tangan mungil malaikat
Mekar bagai mawar ketika air mata langit tengah menembangkan senandung jiwa pada ranting yang kering
Terbang diatas kota kelahiranku

Ketika matahari telah pingsan dilangit Baitlahem
Sejauh itukah sajakku berkelana ?
Selembar sajak melayang jauh tanpa arah dan tujuan yang pasti
Hanya mengikuti kemana nafas alam menghembuskan sayapnya

Entah kemana
Mungkin menuju istana langit
Selembar sajak yang telah mengeras
Terkubur seperti kisah – kisah purba yang membeku dalam fosil – fosil jiwa

Begitulah sajakku menjelma
Ia lebih wangi ketimbang melati
Apakah lidah akan memperbudakku untuk menyanyikan lagu – lagu cinta ?
Ia lebih indah dari rahasia anak dara

Apakah Almasih mampu menyanyikannya ?
Apakah Sulaiman juga mampu menyenandungkannya ?
Ketika selembar sajaknya diterbangkan burung Hud-Hud menuju negeri Ratu Balqis
Ia bagai anggur beracun yang melahirkan benih – benih kepercayaan
Dengarkanlah olehmu wahai manusia

Inilah nyanyian cinta
Ketika selembar sajakku mengembara seperti ruh – ruh Tuhan
Terbang bersama awan kelam menuju surga tujuan cintaku
Disanalah sajakku berbaring

Tidak ada komentar:

Posting Komentar